Baca Juga
BIJAKNEWS.COM -- Melihat
hasil quick count Pilkada 2018 ini, saya belajar beberapa hal tentang
strategi politik. Tentang beberapa kejutan dan kenyataan yang di luar
prediksi, ibarat Argentina yang secara mengejutkan ditahan imbang
Islandia dan kalah telak oleh Kroasia.
Saat PDIP
ngotot mencalonkan kadernya sendiri, TB Hasanudin dan Anton Charlian,
saya sempat bingung. Ini apa tujuannya? Kenapa tidak mengusung Ridwan
Kamil atau Dedy Mulyadi yang sudah jelas-jelas memiliki bukti kerja.
Padahal sehari sebelum deklarasi calon, Ridwal Kamil sudah sungkem pada
Bu Mega.
Saya
cukup kecewa karena PDIP biasanya mendukung atau mengusung calon-calon
yang bisa bekerja efektif. Sederet nama seperti Jokowi, Ganjar dan Risma
adalah nama-nama yang ditemukan oleh PDIP.
Apapun yang orang katakan
tentang partai tersebut, faktanya belum ada partai yang mampu melahirkan
pemimpin daerah sebaik PDIP.
Tapi sekarang
setelah melihat hasil quick count di Jawa Barat, pada akhirnya kita
harus mengakui betapa kuatnya Gerindra dan PKS di wilayah tersebut.
Sehingga calon yang sebenarnya tidak populer, tidak ada bukti nyata
hasil kerjanya, kalah telak di banyak survey, kini dalam quick count
kita bisa melihat bahwa mereka cukup kuat.
Sudrajat
Saikhu mendapat 29.55 persen suara menempel ketat Ridwan Kamil dengan
32.11 persen suara. Sementara pasangan Dedy hanya 25,69 persen dan calon
dari PDIP 12,65 persen. Berdasarkan data suara masuk 64 persen, yang
biasanya akan stabil sampai akhir.
Bagi saya ini mengejutkan, karena saya pikir yang akan bersaing ketat adalah Ridwan Kamil dan duo Dedy.
Andai
Pilgub Jabar hanya diikuti oleh dua atau tiga pasang calon, tanpa
pasangan dari PDIP, besar kemungkinannya Sudrajat dan Saikhu akan menang
dan memimpin Jabar selama 5 tahun mendatang. Apalagi kalau hanya dua
calon, misalnya Sudrajat-Saikhu melawan Ridwan Kamil-Dedy Mulyadi,
kemungkinan besar pasangan Gerindra PKS yang akan menang.
Pola
serangan dan kampanye hitam yang terjadi di Jawa Barat begitu kompleks.
Ridwan Kamil yang kita kira akan menang mudah, di detik-detik akhir
diserang isu homo. Dedy Mulyadi yang kita pikir bisa meraih suara
signifikan, apalagi menggandeng Dedy Mizwar sebagai pertahana, nyatanya
diserang isu SARA.
Betapapun Dedy Mizwar dulunya adalah idola keluarga
PKS, nyatanya itu tak mampu meredam isu SARA terhadap mereka.
Kita
tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya kalau Ridwal Kamil
berpasangan dengan Dedy Mulyadi seperti keinginan banyak orang, dan
Jabar hanya memiliki dua pasang calon. Kamil diserang isu homo, Dedy
diserang isu SARA atau aliran sunda wiwitan. Selesailah Jabar, kembali
dikuasai Gubernur yang kalau ada banjir warganya disuruh doa seperti 10
tahun belakangan ini. Haha
Tapi
untungnya Jabar memiliki 4 pasang calon. Sehingga suara terpecah.
Serangan pun tidak terfokus pada satu pasang calon. Dan ini
menguntungkan posisi Ridwal Kamil.
Pemilu adalah
kontestastasi politik yang membutuhkan strategi dan pemikiran jangka
panjang. Tidak hanya pertimbangan emosional dan keinginan tanpa
perhitungan. Sehingga saya pikir kita semua kini paham mengapa Dedy
Mulyadi dan Ridwan Kamil tidak dipasangkan, dan PDIP ngotot mengusung
kadernya sendiri karena merupakan satu-satunya partai di Jabar yang
mampu mengusung calon tanpa koalisi.
Semua ini
adalah bagian dari strategi besar menyelamatkan Jabar dari pemimpin yang
tidak bisa bekerja.
Menyalamatkan salah satu provinsi padat penduduk
dari cengkraman pemimpin baliho dan spanduk.
Saya
pribadi tidak percaya kalau semua ini hanyalah kebetulan yang tak
terencana. Semuanya terencana dengan baik, meski sebelum ini mereka para
pembuat strategi ini belum yakin betul yang akan menang apakah duo Dedy
atau Kamil. Yang jelas mereka paham bahwa strategi politik PKS dan
Gerindra masih sama seperti Pilpres 2014 lalu.
Pada
akhirnya selamat kepada Jawa Barat yang kemungkinan akan dipimpin oleh
Ridwan Kamil. Semoga segera berbenah dan menjadi bagian dari cita-cita
Indonesia maju.
Soal peristiwa Ridwan Kamil
yang sungkem ke Bu Mega namun akhirnya PDIP batal mengusungnya, saya
pikir itupun bagian dari skenario besar menyemalatkan Jabar dari
genggaman kader PKS seperti Aher. Dan kalaupun ini semua hanyalah
kebetulan, tetap saja kebetulan yang luar biasa. Begitulah kura-kura.
Penulis: Alifurrahman, Pendiri Seword.com






















































Tidak ada komentar:
Posting Komentar