Breaking

Senin, 15 Maret 2021

Kakanwil Kemenag Sumbar Ajak Umat Hindu Sumatera Barat Rayakan Nyepi Dengan Hikmat

Baca Juga


BIJAKNEWS.COM -- 
Kepala Kanwil Kementerian Agama Sumatera Barat, Hendri, mengajak umat Hindu di provinsi ini, agar mengisi dan merayakan hari raya Nyepi dan tahun baru Saka dengan hikmat. Di masa pandemi saat ini berbgai kegiatan, seperti Nyepi dan tahun baru Saka, tentu tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya.


"Walau hari raya Nyepi yang dirangkai dengan tahun baru Saka saat ini, berada dalam suasana pandemi penyebaran virus corona atau Covid-19. Pihaknya tentu berharap agar setiap umat Hindu, khusus di Kota Padang dan kabupaten/kota lain di provinsi ini bisa merayakannya dengan hikmat", kata Kepala Kanwil Kementerian Agama Sumatera Barat, Hendri, kepada Humas di Padang, Sabtu (13/3).


Atas nama keluarga besar Kanwil Kementerian Agama Sumatera Barat, ulas kepala Kanwil, pihaknya mengucapkan selamat hari raya Nyepi dan memasuki tahun baru Saka kepada umat Hindu. Jadikan momen hari raya, yang berada dalam suasana pandemi Covid-19 dengan memasuki tahun baru lebih maksimal dan penuh makna.


"Kita tentu yakin dan percaya, dalam suasana pandemi penyebaran virus corona 2019 atau Covid-19 saat ini, tidaklah membuat keluarga besar umat Hindu, khususnya di Sumatera Barat, untuk tetap hikmat dengan penuh makna dari perayaan hari raya Nyepi dan memasuki tahun baru Saka tahun ini secara maksimal”, kata Kepala Kanwil.


Pembimbing Masyarakat (Pembimas) Hindu Kanwil Kementerian Agama Sumatera Barat, Jumadi, di ruang kerjanya, Jumat (12/3) menjelaskan, hari Minggu, 14 Maret 2021 besok (hari ini-red), Di hari Pengerupukan (tradisi masyarakat Bali juga terdapat ogoh-ogoh yang diarak ramai-ramai ke sekeliling desa. Ogoh-ogoh ini berbentuk boneka seukuran raksasa yang harus dibuat seseram mungkin.


 Harapannya para mahluk yang biasanya mempengaruhi hawa nafsu manusia untuk berbuat amal buruk, tertarik untuk masuk ke dalam ogoh-ogoh tersebut. Ogoh-ogoh ini kemudian ini dimusnahkan dengan cara dibakar ramai-ramai oleh penduduk desa tersebut. Menjelang pukul 18.00 Wib, biasanya mahluk-mahluk tersebut keluar, dan para penduduk juga membunyikan suara-suara keras.


Setelah melewati Melasti dan Pengerupukan, prosesi selanjutnya adalah Nyepi yang dilakukan hari Minggu, 14 Maret 2021 (hari ini-red). Nyepi akan dilaksanakan selama 24 jam penuh, sesuai sistem harian kalender Saka, yaitu dari jam 6 pagi hari ini sampai jam 6 pagi besoknya. Saat Nyepi, selain  wajib berdiam diri dalam rumah, umat Hindu Bali juga di sarankan untuk melakukan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari empat laku,


Pertama, Amati Geni. Yaitu meredam api dalam diri yang berupa hawa nafsu amarah, dengki, berprasangka buruk, dan seterusnya. Selama seharian penuh atau 24 jam, dilarang menyalakan api yang biasa digunakan dalam kehidupan keseharian seperti memasak atau sebagai alat penerangan. Dengan artian wilayah Bali pada nyepi biasanya akan gelap hingga malam sampai esok paginya, dan beberapa umatnya ada yang melakukan penyucian diri dengan puasa karena tak memasak.


Kedua, Amati Karya. Yaitu Berhenti dari berdagang atau bekerja mencari nafkah, Ketiga. Amati Lelungan. Yaitu  Diambil dari kata "lelunga" atau bepergian. Artinya tidak boleh bepergian ke luar rumah. Sehingga di Nyepi ini, jalanan di Bali akan sunyi senyap seharian hampir tak ada kendaraan lalu lalang, Keempat, Amati Lelanguan. Artinya tak boleh bersenang-senang dengan segala macam bentuk hiburan duniawi, kata Jumadi, menambahkan. (zar)


Humas Kemenag Sumbar 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar