Breaking

Sabtu, 04 April 2020

Sri Mulyani Ungkap Tugas Berat Bos BKF Baru di Tengah Corona

Baca Juga

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkap tugas berat bagi kepala BKF di tengah tekanan ekonomi akibat virus corona. 

BIJAKNEWS.COM -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap tugas berat bagi Febrio Nathan Kacaribu yang baru saja diangkat menjadi Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF). Pasalnya, Kementerian Keuangan harus meracik kebijakan fiskal yang tepat dan cepat di tengah tekanan ekonomi akibat penyebaran pandemi virus corona atau Covid-19. 

Bendahara negara melantik Febrio secara tatap muka langsung dengan berbalut masker di wajah dan protokol kesehatan ketat sesuai prosedur nasional. Febrio dilantik bersama Basuki Purwadi yang dipercaya menjadi Direktur Utama Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN). 

"Saat ini adalah suasana yang sangat tidak biasa, unprecedented (belum pernah terjadi) dan extraordinary (luar biasa). Oleh karena itu, harus ditangani dengan mindset yang tidak biasa," ungkap Sri Mulyani, Jumat (3/4). 


Kondisi saat ini, sambungnya, bahkan memaksa pemerintah untuk menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan. Beleid hukum ini mengharuskan pemerintah mengucurkan dana tambahan untuk penanganan virus corona mencapai Rp405,1 triliun.

Dampaknya, Kementerian Keuangan harus 'putar otak' melakukan realokasi, refocusing, bahkan membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP). Tak hanya itu, kementerian juga mau tidak mau harus bisa dampak pelebaran defisit anggaran ke depan. 

"Bagi Kementerian Keuangan, ini memberikan implikasi luar biasa fundamental. Maka, Febrio sebagai Kepala BKF, unfortunately (tidak beruntung) Anda tidak punya waktu untuk belajar karena harus menangani kondisi 2020 dari implikasi Covid-19 yang fundamental unprecedented dan extraordinary," katanya. 

Selain dampak ekonomi akibat pandemi corona, Sri Mulyani juga mengingatkan bahwa kementerian harus menyiapkan Rancangan APBN (RAPBN) 2021, baik dari asumsi, kebijakan, hingga anggaran. Tantangan lain, katanya, lantaran Febrio berasal dari latar belakang akademisi, sehingga perlu beradaptasi cepat dengan lingkungan birokrasi. 

"Jadi ini tantangan yang sangat riil bagi Febrio, baik dari sisi kompetensi, teknis, dan leadership untuk bisa terjun bersama yang lain," ujarnya.

Sementara untuk Basuki, tantangan mungkin tidak terlalu berat karena merupakan pejabat promosi yang sudah bertahun-tahun kerja di lingkungan Kementerian Keuangan. Kendati begitu, tugas untuk menjaga fungsi LMAN dan memaksimalkan aset negara tetap perlu dijalankan dengan sungguh-sungguh. 

"Sebagai lembaga yang mengelola aset negara, harus ada mindset yang beda. Kami ingin aset negara produktif, inovatif, kreatif dengan memanfaatkan tools fiskal di daerah dan pusat," jelasnya. 

Tak ketinggalan, bagi seluruh pegawai kementerian, mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu meminta agar seluruhnya tetap bekerja maksimal di tengah pandemi corona. "Lakukan tugas di situasi luar biasa ini tanpa kompromi profesionalitas dan integritas. Jaga semua tingkah laku, pikiran, dan interaksi di kondisi luar biasa ini," tuturnya. 

Sebagai informasi, Febrio memiliki latar belakang kerja di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI). Ia merupakan lulusan UI, Australian National University, dan University of Kansas. 

Sementara Basuki sebelumnya merupakan Sekretaris BKF. Ia menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia. (*/wan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar